Thursday, January 8, 2009



www.eramuslim.com
Bagaimana para pejuang Hamas bertahan dan melakukan perlawanan terhadap kebrutalan pasukan Zionis. Mungkin tak banyak media yang mengulasnya. Memasuki hari ke-12 agresi Israel ke Jalur Gaza, Hamas masih eksis, padahal kalau dibandingkan dengan persenjataan, pasukan Zionis jelas lebih unggul.

Seorang pemuda Gaza berusia 29 tahun bernama Abu Jundal menceritakan bagaimana para pejuang Hamas dan faksi-faksi pejuang lainnya bekerja. Sebagai salah satu komandan peleton di Hamas, ia banyak tahu tentang kekuatan dan strategi Hamas dan kelompok pejuang Palestina lainnya dalam menghadapi pasukan Zionis.

"Kami bekerja dengan cara begirliran, satu hari libur, satu hari bertugas, sehingga kami tidak terlalu lelah," tuturnya.

Jundal mendapat giliran tugas mulai dari jam 10.00 malam sampai jam 05.00 pagi. Pasukan yang dipimpin Jundal adalah satu dari tiga pasukan yang bertugas di utara Jalur Gaza. Begitu jam tugasnya sebagai pejuang Hamas selesai, Abu Jundal kembali menjadi warga Gaza biasa. Ia menanggalkan senjatanya dan pulang ke rumah di Gaza City.

Seperti pejuang lainnya, sebagai kepala rumah tangga, Jundal harus memberi nafkah pada keluarganya. Sama seperti warga Gaza lainnya, ia harus berjuang mendapatkan makanan, obat-obatan dan bahan bakar yang saat ini begitu langka bahkan nyaris tak tersedia di Gaza, akibat blokade Israel selama lebih dari setahun.

Jundal mengutuk pasukan Zionis Israel yang menjadikan warga sipil di Gaza sebagai target serangan mereka. "Pasukan militer manapun yang membunuh warga sipil, tidak pantas kami hormati," tukas Jundal pada The Times.

Menurut Jundal, pasukannya baru mengerahkan sekitar 10 persen dari seluruh kemampuan yang mereka miliki. Ia juga mengatakan, selalu ada saja orang yang membantu perjuangan mereka di tengah peperangan.

"Untuk melakukan perlawanan terhadap superioritas mesin-mesin perang Israel yang didanai oleh AS, para pejuang Palestina sudah menyiapkan 'kejutan' untuk pasukan Zionis," kata Jundal. Ia menolak untuk memberikan keterangan lebih detil soal 'kejutan' itu.

Tapi Jundal mengatakan, prioritas utama baginya dan pasukannya adalah menangkap tentara-tentara Israel yang sudah berani-beraninya 'berpetualang' di kota-kota Gaza. "Tujuang utama kami adalah menawan sebanyak mungkin tentara-tentara Israel," tukas Jundal.

Mengapa Hamas Sulit Dikalahkan?

Banyak yang menganalogikan perlawanan Hamas di Gaza saat ini dengan perlawanan Hizbullah di Libanon yang sama-sama menghadapi agresi rezim Zionis Israel pada tahun 2006 lalu. Seperti halnya Hizbullah, Hamas adalah kelompok pejuang yang solid dan sulit dipatahkan oleh Israel.

Rami G. Khouri, editor Daily Star-surat kabar yang terbit di Libanon-dan Direktur Issam Fares Intitute for Public Policy and International Affair di America University, Beirut mengungkapkan sejumlah analisanya mengapa Hamas menjadi kekuatan yang sulit dikalahkan Israel.

Pertama, ia melihat dari latar belakang terbentuknya Hamas sebagai respon atas penjajahan dan kebijakan kolonisasi Israel di Palestina. Kedua, Hamas makin kuat karena kelompok pejuang ini terus meningkatkan kemampuan teknis dan persenjataannya, terutama roket-roket mereka untuk mempermalukan dan membalas serangan Israel. Hamas, kata Khouri, juga memiliki kemampuan yang mumpuni untuk melindungi peluncur-peluncur roketnya dari serangan Israel.

Lebih lanjut Khouri mengatakan, fakta bahwa roket-roket Hamas hanya mampu menimbulkan korban yang lebih sedikit di pihak Israel dibandingkan korban di pihak Palestina akibat serangan brutal Israel, bukan kriteria untuk mengukur keberhasilan Hamas. Menurut Khouri, fakta bahwa Hamas mampu menembakkan 30 sampai 40 roket dalam satu hari ke Israel, sudah menunjukkan keberhasilan dan kemenangan Hamas. Bandingkan, dengan Israel yang harus mengerahkan pesawat-pesawat tempur dan tank-tanknya untuk menghancurkan dan membantai warga Gaza.

"Serangan bom Israel ke Universitas Gaza, gedung parlemen Palestina, sekolah, rumah-rumah sakit dan petugas medis di Gaza menunjukkan betapa impoten dan frustrasinya Israel menghadapi Hamas. Kerusakan yang dilakukan Israel di Jalur Gaza, juga menjadi simbol kemunafikan demokrasi dan modernitas yang selama ini digembar-gemborkan oleh Israel dan sekutunya, AS di dunia Arab," papar Khouri.

Tayangan di televisi yang menunjukkan kehancuran dan korban di kalangan anak-anak dan warga tak berdosa di Gaza. tambah Khouri, akan mendorong perlawanan yang luar biasa dari rakyat Palestina dan memicu dukungan terhadap Hamas dari dunia Arab dan seluruh dunia.

Hal ketiga yang membuat kelompok pejuang Hamas sulit dikalahkan, menurut Khuori, sama halnya dengan Hizbullah, Hamas menggabungkan ideologi agama, nasionalism, pemerintahan dan politik ke dalam satu kesatuan landasan perjuangan mereka. Di Palestina dan Libanon, pemerintahan yang menganut sistem sekularisme terbukti tidak berfungsi dengan baik, korup dan tidak mampu melindungi rakyatnya dari agresi Israel.

Kekuatan Hamas muncul mengisi kevakuman sebuah pemerintahan yang efektif, pemerintahan yang mampu melindungi rakyatnya dari serangan Israel dan mampu menciptakan keamanan serta kesejahteraan bagi rakyatnya. Sehingga Hamas mendapat dukungan dari sebagian besar rakyat Palestina. Dalam hal ini, Hamas mendapatkan dua keuntungan langsung, dukungan rakyat dan peningkatan kemampuan peralatan perangnya.

"Tuduhan-tuduhan bahwa Hamas sebagai biang keladi ketegangan, teroris, melakukan kekerasan bersenjata, sekutu Suriah dan Iran dan memiliki agenda-agenda Islam, tidak akan berhasil memojokkan apalagi menghancurkan Hamas. Karena Hamas memainkan peran yang justru dibutuhkan oleh rakyat Palestina," papar Khouri.

Kombinasi-kombinasi kekuatan Hamas diatas, membuat Israel kesulitan untuk memberangus Hamas sampai keakar-akarnya,seberapun kerusakan dan korban jiwa yang ditimbulkan Israel. (ln/aljz/mol)

Read more...

Text

  ©Template by Dicas Blogger.